Kamis, 17 Mei 2012

Kisah kopi dan garam

Seorang pemuda menghadiri sebuah pesta. Di sana dia bertemu dengan seorang gadis cantik yang mempesona hatinya. Di pesta itu, banyak pria kaya dan tampan, yang berusaha mendekati gadis cantik itu. Sedangkan dia sendiri hanyalah pria biasa-biasa saja. Tak seorang gadis pun yang menghiraukannya dalam pesta.
Saat pesta telah usai, dia memberanikan diri mengajak gadis itu untuk
sekedar minum kopi bersamanya.
Karena tidak tega untuk mengecewakannya, maka sang Gadis pun tak kuasa untuk menolak ajakannya.
Sesampainya di kedai kopi, sang pemuda tampak sangat gugup berhadapan dengan gadis pujaannya. Lidahnya kaku, bibirnya pilu, tak tahu bagaimana memulai percakapan untuk memecah suasana yang beku...Si Gadis pun mulai merasa tidak nyaman, "Cepat katakan sesuatu, setelah itu ajak aku pulang." Batin sang Gadis dalam hati.

Tiba-tiba, sang pemuda memanggil pelayan yang kebetulan lewat di meja mereka, "Tolong, ambilkan garam, aku ingin menambahkannya dalam kopiku." Semua yang hadir, memandang pemuda ini dengan tatapan heran. Wajah pemuda inipun serta merta menjadi merah setelah sadar apa yang baru saja dipesannya. Untuk menutupi rasa malu, dan gugupnya, maka ia pun tetap menambahkan sedikit garam
di kopi lalu meminumnya. "Kebiasaanmu aneh sekali" kata sang gadis penuh rasa heran. Pemuda ini pun lalu bercerita tentang masa kecilnya. "Orang tua saya seorang nelayan, kami hidup di tepi pantai. Semasa kecil, aku sangat senang bermain main di tepi laut bersama ayahku. Semua serba asin, sama seperti rasa kopi ini." katanya. "Setiap kali menikmati kopi asin, aku selalu teringat akan kampung halamanku, tanah kelahiranku, saudara saudaraku, dan kedua orang tuaku yang saat ini masih tinggal disana." Jelasnya sambil berlinang air mata.
Sang gadispun terharu. Itu adalah kisah yang amat menyentuh hatinya. Kisah yang bertutur tentang kerinduan seseorang akan tanah kelahiran, dan kedua orang tuanya. Kisah yang sebenarnya juga ia alami saat itu. Dan, sang gadis mulai berpikir bahwa laki laki dihadapannya pasti tipe pria yang sangat mencintai dan peduli akan rumah, dan keluarganya. Sang gadis pun mulai bercerita tentang keluarganya, kampung halamannya yang jauh, dan yang sudah lama ditinggalkannya. Pembicaraan hangat pun mulai terjadi diantara mereka berdua.
Kisah di kedai kopi itu pun menjadi awal cerita cinta mereka berdua. Sang Gadis menyadari bahwa ia adalah laki laki yang begitu penuh tanggung jawab, sangat toleran, hangat, penuh kasih sayang, dan penuh perhatian. Sosok pria idaman yang hampir saja ia abaikan...Untung saja, waktu itu ia tidak menolak ajakannya minum kopi, dan untung saja ada kopi asin !!

Kisah berlanjut hingga hubungan yang lebih akrab. Mereka berpacaran, dan layaknya kisah dongeng seorang puteri yang menemukan pangeran pujaannya.
Dan cerita berlanjut seperti kisah dongeng : sang puteri menikah dengan pangeran pujaannya, dan mereka hidup bahagia...

Selama bertahun tahun hidup dalam pernikahan, tiap sore hari, ia selalu membuat kopi yang sedikit ditambah garam. Karena ia tahu, itulah kesukaan suaminya.
Setelah 40 tahun berlalu, laki laki itu pun meninggal dunia. Sebelum meninggal, ia menuliskan surat untuk istrinya tercinta :

"Sayangku...
Masih ingatkah kamu, akan kencan kita pertama kali di kedai kopi ? Waktu itu, aku begitu gugup berhadapan dengan gadis secantik dirimu...sampai sampai aku meminta garam pada pelayan kedai itu. Padahal, yang aku inginkan adalah sedikit gula !!
Saat itu, aku ingin membatalkannya, namun dihadapanmu dan semua yang hadir dikedai itu, aku tak sanggup melakukannya. Sehingga semuanya berjalan begitu saja. Tak kusangka, itu malah menjadi awal pembicaraan hangat tentang keluarga kita masing masing. Beberapa kali dalam hidupku, aku ingin berterus terang kepadamu, namun aku tak sanggup melakukannya.
Tetapi, karena aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun dihadapanmu, maka lewat tulisan ini aku ingin berterus terang kepadamu : aku tidak pernah menyukai kopi asin ! Tapi, sejak mengenalmu, aku selalu minum kopi asin. Aku tidak pernah menyesal sedikitpun akan hal itu. Disampingmu adalah hal terindah dan paling membahagiakan dalam hidupku. Saat ini, aku sedang diujung maut. Bila waktu bisa diulang kembali, aku akan tetap mengejarmu, berusaha mengenalmu, dan melamarmu, menjadikan kamu sebagai istriku...walaupun untuk itu, aku harus minum kopi asin lagi sepanjang hidupku...."

Yang selalu mencintaimu,

Suamimu.

Sambil membaca, air mata mulai membasahi pipi, dan menetes di surat yang dipegangnya...
Suatu hari, seseorang bertanya padanya, "Bagaimana rasanya kopi asin ?"
"Rasanya begitu manis" katanya sambil tersenyum, teringat akan suaminya yang telah pergi dengan tenang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar